DAMPAK LA NINA DAN ANTISIPASI BENCANA HIDROMETEOROLOGIS PADA TERNAK
La Nina adalah fenomena yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal. Pendinginan suhu permukaan laut ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah sehingga dapat meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia. Tak hanya di Indonesia, La Nina juga dapat meningkatkan curah hujan di beberapa negara lain, seperti sebagian Asia Tenggara, bagian utara Australia, bagian utara Brazil, dan sebagian pantai barat Amerika Serikat.
La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normal. Namun, dampak La Nina di Indonesia tidak selalu sama. Pada bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjdi di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali Pulau Sumatera.
Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis. Adapun bencana hidrometeorologis ini mencakup bencana banjir, tanah longsor, puting beliung, hujan es, dan badai es. Perkiraan terjadinya La Nina di Indonesia dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masyarakat diminta untuk waspada terkait terjadinya fenomena La Nina menjelang akhir tahun 2021.
Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yakni -0,61 pada Dasarian I Oktober 2021. Kondisi ini berpotensi berkembang dan masyarakat diminta untuk bersiap menyambut La Nina 2021/2022 yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah-sedang, setidaknya hingga Februari 2022. Pihak BMKG juga mengingatkan agar setiap elemen masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana bersiap untuk mencegah dan melakukan mitigasi terhadap potensi bencana hidrometeorologis.
Dampak La Nina bagi iklim global:
1. Dampak peningkatan curah hujan Wilayah pertama terdampak peningkatan curah hujan yaitu wilayah Pasifik barat meliputi Indonesia, sebagian Asia Tenggara, dan bagian utara Australia. Sementara itu, wilayah lainnya di luar Pasifik barat seperti Brasil bagian utara dan sebagian pantai barat Amerika Serikat juga terdampak.
2. Pengurangan curah hujan Ternyata, selain mengakibatkan peningkatan curah hujan, fenomena La Nina juga menyebabkan pengurangan curah hujan yang terjadi di sebagian pantai timur Asia, bagian tengah Afrika dan sebagian Amerika bagian tengah. Pengaruhnya untuk Indonesia Sebagai bagian dari variabilitas sistem iklim global, La Nina dan El Nino terjadi berulang dan memiliki siklus 2-8 tahun.
Sebenarnya hal tersebut mengindikasikan bahwa dampak La Nina selain memiliki sisi ancaman, ternyata juga memiliki peluang positif yang dapat dimanfaatkan. Adapun, pemanfaatannya nanti bisa berupa panen hujan dan surplus air tanah, peningkatan produktivitas pertanian yang memerlukan banyak air, dan pemanfaatan telaga yang muncul selama tahun basah untuk budidaya ikan air tawar semusim. Sehingga para petani di wilayah yang sudah terkenal selalu kering dan kekurangan air bisa melakukan pemanenan air, dan di akhir musim kemarau transisi yaitu September-Oktober masih bisa melakukan pemanenan kacang tanah.
Dampak pada ternak.
Secara umum adanya peningkatan curah hujan akan menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin pada malam hari dan menjadi lebih panas pada siang hari dibandingkan kondisi normal, sehingga akan memberikan dampak pada ternak, meskipun setiap jenis ternak akan berbeda-beda dalam merespon perubahan suhu tersebut. Dampak tersebut dapat berupa gejala klinis sederhana sampai kemungkinan masuknya beberapa penyakit serius apabila tidak diantisipasi dengan baik. Meskipun demikian peningkatan curah hujan ini juga harus diwaspadai terhadap dampak langsung berupa fisik bencana hidrometeorologis terutama bencana banjir, tanah longsor, puting beliung.
Musim penghujan membawa kebahagiaan bagi peternak ruminansia karena tanaman rumput sebagai pakan hijauan tumbuh subur. Namun disisi lain, saat musim hujan peternak juga perlu meningkatkan kewaspadaanya terhadap gangguan kesehatan ternak yang dapat terjadi. Pada umumnya saat musim penghujan ternak akan lebih rentan terhadap penyakit. Hal ini dapat dipicu karena daya tahan tubuh ternak menurun akibat stres cuaca karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman dengan suhu dingin dan kecepatan angin yang tinggi. Ketika musim hujan tiba perkembangan bibit penyakit juga akan semakin meningkat karena lingkungan yang lembab merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Memasuki musim penghujan, para peternak ruminansia dan unggas harus lebih waspada, karena memungkinkan untuk muncul beberapa penyakit dan gangguan fisik pada ternak, antara lain:
1. | Traumatik. Sapi yang dipelihara dalam sistem kandang lepas atau kandang koloni sangat rentan terkena lamenes atau pincang saat musim hujan. Karena kandang yang becek dan licin, akan membuat sapi mudah terpeleset atau jatuh, akhirnya bisa menyebabkan luka, pincang atau bahkan tidak bisa berdiri. Kondisi ini akan semakin parah jika kebersihan kandang tidak dirawat dengan baik. Luka dapat menjadi masalah baru jika kandang dalam kondisi kotor dan banyak lalat yang akan memicu terjadinya infeksi maupun myasis atau belatungan. |
2. | Demam pada ternak ruminansia. Saat pergantian musim hujan, harus diwaspadai juga timbulnya demam pada ternak ruminansia akibat perubahan cuaca menjadi rendah. Saat cuaca bersuhu rendah jika kondisi ternak ruminansia lemah karena kekurangan nutrisi zat-zat gizi tertentu pada makanannya, akan mudah terserang demam. Pada musim penghujan perlu diwaspadai pada ternak sapi, yaitu Bovine Ephemeral Fever (BEF) atau penyakit demam tiga hari. Penyebaran yang meningkat saat musim hujan penyakit ini dipengaruhi oleh vektor nyamuk yang banyak ditemukan saat musim hujan serta angin kencang yang bersifat lembab dan basah yang akan menyebarkan vektor. |
3. | Kembung dan diare. Musim hujan juga bisa mengakibatkan kondisi hijauan pakan ternak yang selalu basah akibat terkena air hujan. Hijauan yang cenderung basah apalagi jika kondisi hijauan masih muda, sangat mudah mengakibatkan kembung pada ternak sapi. Di samping kembung atau bloat, ternak juga bisa mengalami diare, karena rumput yang di makan banyak mengandung air dan beresiko tercemar kotoran maupun agen penyakit saat musim hujan. Sehingga ketika termakan, ternak akan mudah terkena diare. |
4. | Cacingan Cacingan juga perlu diwaspadai pada musim hujan karena cacingan meskipun tidak berbahaya atau tidak mematikan, tetapi jika tidak ditangani secara benar akan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bahkan pada kondisi yang parah juga akan bisa mengakibatkan kematian pada ternak. Saat curah hujan tinggi akan menyebabkan air menggenang pada lahan rumput dan berpotensi larva cacing menempel pada rumput sehingga termakan oleh tenak. Cacingan dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak, seperti penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat, penurunan kualitas daging dan jeroan, serta penurunan produksi susu. |
5. | Serangan lalat. Musim hujan juga hampir identik dengan banyaknya lalat di kandang. Oleh karena itu, harus diwaspadai penyakit ternak ruminansia yang biasa disebarkan oleh lalat. Lalat juga bisa mengakibatkan infeksi parah pada ternak ruminansia yang sedang terluka, karena lalat akan bertelur pada luka tersebut sehingga bisa menyebabkan myasis. Hal ini tentu perlu diwaspadai karena secara tidak langsung akan mengganggu aktivitas ternak, menggangu pekerja dan masyarakat sekitar. Sanitasi dan kebersihan kandang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi lalat. |
6. | Stress. Pada saat memasuki pergantian musim, biasanya ternak unggas harus beradaptasi lebih ekstra. Ternak harus beradaptasi dari fluktuasi cuaca antara siang dan malam dengan rentang yang ekstrem. Terkadang, untuk suhu udara juga cepat berubah, siang hari bisa mencapai 35 °C akan tetapi saat malam atau dini hari bisa turun menjadi 20 °C. Belum lagi ditambah dengan kelembapan udara yang relatif lebih tinggi antara siang dan malam hari jika terjadi hujan. Dampak stress adalah penurunan produksi dan produktivitas pada ternak unggas. |
Upaya yang bisa dilakukan untuk antisipasi dampak bencana hidrometeorologis pada ternak dan lingkungannya :
1. | Pemberian vitamin dan elektrolit. Pemberian beberapa vitamin, terutama Vitamin C dan E akan membantu menekan efek heat stres maupun cold stress. Elektrolit akan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh terutama pada unggas. Beberapa sediaan vitamindapat menjadi solusi yang menyediakan keduanya. Pada ternak besar (sapi, kerbau, kuda) dan ternak kecil (kambing, domba) pemberian vitamin dan beberapa suplemen lewat injeksi memungkinkan sebagai antisipasi terjadinya dampak penurunan suhu di kandang ternak. |
2. | Penyediaan thermometer ruangan. Termometer ruangan sangan penting pada peternakan unggas untuk secara cepat mengetahui adanya penurunan suhu pada lingkungan kandang, sehingga penurunan suhu dapat segera diatasi dengan menyediakan alat pemanas cadangan. |
3. | Penyediaan lampu emergency. Musim hujan hampir identik dengan matinya aliran listrik, penyediaan lampu emergency sangat penting pada ayam pedaging dan ayam jawa super agar ayam tidak saling tindih saat mati lampu yang dapat menyebabkan kematian ayam. |
4. | Pemasangan tirai. Pemasangan tirai pada kandang terutama dapat mengurangi penurunan suhu yang ekstrim dan menghambat tiupan angin yang berdampak juga terhadap penurunan suhu lingkungan kandang. |
5. | Perbaikan kualitas pakan. Perbaikan kualitas pakan ternak (unggas, ternak besar, dan ternak kecil) bila memungkinkan dilakukan untuk mendukung stamina ternak sehingga beberapa penyebab penyakit infeksius tidak mudah muncul. Saat musim hujan tiba, biasanya pakan akan lebih cepat lembab dan bisa merusak tekstur pakan. Pakan ternak yang rusak, akan menyebabkan penyakit, jika tetap diberikan ke ternak. Gudang untuk menyimpan pakan harus dipastikan tidak lembab, bersih dan mendapatkan sinar matahari. |
6. | Pelayuan hijauan pakan ternak. Hijauan pakan ternak yang akan diberikan untuk ternak perlu dilayukan terlebih dahulu, misalnya dengan cara diangin-anginkan. Usahakan untuk memanen pakan hijauan pada saat matahari sudah terbit lebih tinggi dan pemotongan diatas permukaan air. Hindari memberikan langsung pakan hijauan pada ternak yang dipanen pada pagi hari karena rumput masih basah dan beresiko larva cacing masih menempel pada rumput bagian atas. |
7. | Pengecekan ketersediaan air bersih. Biasanya, pada setiap pergantian musim, akan terjadi perubahan kadar pH air. Selain dengan cara menguras bak penampungan air bersih, untuk pH air juga wajib dicek sehingga bisa segera diambil tindakan jika air tidak sesuai untuk standar pemeliharaan terutama pada ayam petelur dan ayam pedaging. |
8. | Kebersihan kandang dan lingkungan kandang. Saat musim penghujan rutinitas membersihkan kandang harus dioptimalkan untuk memastikan kebersihan kandang terjaga. Hindari air menggenang di kandang dan lingkungan sekitar kandang, usahakan lantai kandang tetap kering. Lantai kandang yang sudah rusak sebaiknya segera diperbaiki. Kotoran ternak ditampung di lokasi khusus untuk dikeringkan atau diolah supaya tidak menumpuk dan becek. Adanya timbunan limbah / kotoran ternak yang tidak diolah di lingkungan kandang sangat memungkinkan terjadinya infeksi sekunder sebagai dampak penurunan suhu lingkungan kandang. |
9. | Pemeriksaan fisik bangunan kandang. Peternak wajib untuk melakukan pemeriksaan / cek kondisi fisik kandang, terutama pada peternak ayam pedaging, karena sangat rentan terhadap curah hujan yang tinggi dan terpaan angin yang sangat kuat. Pada beberapa kasus pada musim hujan, kandang ayam pedaging ditemukan roboh. Meskipun demikian setiap kandang wajib dilakukan perbaikan, apabila kondisinya sudah tidak kuat. |
10. | Pengamatan fisik ternak. Pengamatan secara cermat pada fisik ternak sangat berpengaruh untuk deteksi dini munculnya perubahan kondisi / status kesehatan ternak. Misalnya nafsu makan turun, ternak lesu dan jika pada kandang koloni akan tampak menyendiri, adanya leleran lendir dari hidung, kembung, diare maupun gejala tidak normal yang lain |
11. | Peningkatan imunitas ayam. Pada musim hujan, ayam seringkali mengalami penurunan imunitas atau kekebalan tubuh. Untuk meningkatkan imunitas tersebut, peternak perlu memberikan multivitamin dan vaksinasi supaya kekebalan ayam tetap terjaga dan tetap sehat. Pemberiannya diberikan sesuai kebutuhan dan anjuran produsen vaksin tersebut. Vaksinasi dapat membantu ayam untuk menjaga kekebalan tubuhnya. |
12. | Penanganan kasus. Peternak dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Pusat Kesehatan Hewan terdekat untuk tindakan prefentif bila gejala awal penyakit / kelainan pada ternak mulai muncul, atau penanganan ternak yan sakit. |
Ditulis Oleh: drh. L. Nanang Danardono